Interes.id – Warga Dusun Sinaka di Kabupaten Mentawai mengarungi hidup dengan tantangan untuk memperoleh akses pendidikan dan kesehatan. Lokasinya yang terisolir diperparah dengan ketiadaan sarana komunikasi.
Rijel Saogo (6 tahun) dan Terten (9 tahun) adalah contoh dari banyak anak Dusun Sinaka yang terpaksa tidak sekolah. Sehari-hari, mereka bergantian mengasuh adik di rumah karena orang tua mereka bekerja ke laut atau ladang.
Kepala Dusun Sinaka menyebut, jauhnya sekolah dasar dari daerahnya menjadi penyebab sejumlah anak-anak tidak sekolah. Apalagi, para orang tua juga sulit untuk mengantar mereka, karena harus bekerja.
Untuk bisa bersekolah, anak-anak Dusun Sinaka bertaruh nyawa dengan mendayung perahu selama 15 menit ke Dusun Korit Buah, lokasi sekolah dasar terdekat berada.
Kepala Desa Sinaka Tarsan Samaloisa mengaku, dari 14 dusun di wilayahnya, ada dua dusun yaitu Sinaka dan Matotonan yang tidak memiliki sekolah dasar, termasuk sekolah filial.
Padahal, sebut Tarsan, sekolah filial bisa dibangun di dua dusun tersebut, sehingga anak-anak bisa bersekolah dan tidak lagi mendayung perahu ke desa tetangga.
Untuk melanjutkan SMP dan SMA, jarak yang ditempuh anak-anak Dusun Sinaka lebih jauh lagi. Mereka tentu harus berpisah dengan orang tua. Sementara, sejumlah remaja yang tidak bersekolah akhirnya memilih menikah di usia dini.
Selain pendidikan, minimnya fasilitas kesehatan telah menjadi persoalan lama Desa Sinaka. Tak ayal, angka stunting di sini masih tinggi.
Berdasarkan data Puskesmas Bulasat pada Mei 2023, sebanyak 29 balita di Desa Sinaka mengalami stunting. Dari jumlah itu, Dusun Sinaka menjadi yang tertinggi dengan temuan tujuh balita stunting.
Puskesmas Bulasat merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang bisa diakses warga Dusun Sinaka. Namun, butuh perjuangan ekstra untuk menuju ke sana.
Warga harus melintasi laut dengan boat dan dilanjutkan dengan jalur darat. Perjalanan bisa memakan waktu hingga 2 jam.
Selain ke Puskesmas Bulasat, alternatif lainnya yang bisa ditempuh warga yakni ke Dusun Korit Buah untuk memeriksakan kesehatan di Pos Kesehatan. Di sana pun hanya ada seorang tenaga kesehatan.
Puskesmas Bulasat menghadapi berbagai kendala dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada warga. Akses menuju dusun-dusun yang sulit diperparah oleh minimnya sarana penerangan dan ketiadaan sarana komunikasi, seperti telepon dan internet.
Tak berhenti di situ, Dusun Sinaka menghadapi tantangan dalam hal komunikasi dan sarana publik. Kurangnya fasilitas penerangan, serta ketiadaan telepon dan internet, menjadikan komunikasi barang mahal.
Karsan Samaloisa mengaku harus mengeluarkan biaya besar untuk sekedar mengirimkan undangan rapat kepada 14 kepala dusun di wilayahnya. Undangan harus diantar, karena tidak ada sarana komunikasi.
Pejabat Bupati Mentawai Fernando Jongguran Simanjuntak mengakui masih sulitnya kondisi Dusun Sinaka. Ia menyebut hal serupa pernah dialami di beberapa daerah lain di Mentawai. Namun, beberapa tahun terakhir, kondisinya mulai membaik.
Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan satu dari 19 kabupaten dan kota di Sumatra Barat. Kabupaten hasil pemekaran tahun 1999 ini secara geografis terpisah dari daratan Sumatera atau dari 18 kabupaten dan kota lain.
Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri dari empat pulau besar, yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai masih harus berjuang untuk mengatasi tantangan geografisnya dan memastikan bahwa setiap warga memiliki akses terhadap pendidikan dan kesehatan yang setara dengan daerah lain di Indonesia. (*)