Interes.id – Sejumlah jejak peninggalan pendudukan Jepang di Indonesia masih dapat kita saksikan hingga sekarang. Meski Jepang menjajah lebih singkat daripada Belanda, tapi luka yang ditinggalkan lebih dalam. Mereka mengerahkan penduduk untuk melakukan kerja paksa atau romusha membuat berbagai infrastruktur, seperti terowongan perlindungan.
Di Bukittinggi, Sumatera Barat, terdapat bentang pertahanan hasil romusha atau disebut Lubang Jepang oleh masyarakat setempat yang sampai sekarang dijaga dan dirawat. Lokasinya berada di jantung kota, tepatnya di dekat bibir Ngarai Sianok yang berlokasi di Jalan Panorama, Bukit Cangang Kayu Ramang.
Sejarah Lubang Jepang
Lubang Jepang merupakan terowongan perlindungan yang dibuat tentara pendudukan Jepang di Bukittinggi pada tahun 1942. Pembangunannya didasarkan dari instruksi dari Letjen Moritake Tanabe. Dia adalah Panglima Divisi ke-25 Angkatan Darat Jepang.
Tujuan pembangunan terowongan ini adalah sebagai tempat penyimpanan perbekalan dan peralatan perang tentara Jepang sekaligus sebagai tempat bersembunyi serta berlindung dari kejaran tentara Sekutu. Dibangun sejak Maret 1942, terowongan ini selesai dikerjakan pada Maret 1944.
Lubang Jepang terbentang sejauh 6 kilometer dengan lebar sekitar 2 meter. Kedalamannya mencapai 49 meter di bawah permukaan tanah. Terowongan ini didesain dengan banyak kelokan di dalamnya.
Pembangunan Lubang Jepang dilakukan secara paksa. Pemerintah Jepang saat itu mendatangkan pekerja dari berbagai daerah, seperti Jawa, Kalimantan, hingga Sulawesi. Uniknya, tidak ada penduduk Bukittinggi ataupun sekitarnya yang dikerahkan. Tujuannya adalah demi menjaga kerahasiaan.
Karena dibangun secara rahasia, Lubang Jepang baru ditemukan pada awal tahun 1946. Saat ditemukan, pintu terowongan ini hanya 20 centimeter dengan kedalaman 64 meter.
Dengan panjang 6 kilometer, Lubang Jepang menjadi salah satu terowongan pertahanan yang terpanjang di Asia. Denahnya menembus ke beberapa lokasi, seperti Jam Gadang dan Benteng Fort De Kock.
Kekuatan dan Misteri Lubang Jepang
Lubang Jepang didesain mampu menahan letusan bom seberat 500 kilogram. Meski dalam kenyataannya tidak pernah dihantam letusan bom, kekuatan dinding terowongan sudah teruji oleh beberapa gempa yang sering melanda Sumatera Barat.
Saat gempa hebat melanda pada 2005 dan 2009 misalnya, hanya sedikit saja bagian dinding terowongan yang terkelupas. Hal itu disebabkan kokohnya tanah pembentuk dinding yang tidak mudah longsor dan akan semakin padat ketika terkena air.
Di dalam Lubang Jepang ini terdapat sekitar 21 lorong kecil dengan fungsinya masing-masing. Lorong-lorong itu ada yang digunakan sebagai ruang amunisi, ruang pertemuan, ruang pelarian, ruang penyergapan, hingga penjara.
Selain itu, ada pula lorong yang berfungsi sebagai dapur. Konon, tempat ini juga digunakan untuk memutilasi tahanan yang tewas untuk memudahkan saat dibuang ke lubang air di bawah.
Ada tiga misteri yang hingga kini masih belum terbongkar terkait penggalian Lubang Jepang di Bukittinggi. Pertama, kemana tanah hasil galian dibuang. Kedua, berapa ribu orang yang meninggal dalam penggalian Lubang Jepang. Ketiga bagaimana nasib Jenderal Watanabe yang memerintahkan pembuatan Lubang Jepang ini.
Lubang Jepang sebagai Objek Wisata
Lubang Jepang mulai dikelola menjadi objek wisata sejarah pada tahun 1984 oleh Pemerintah Kota Bukittinggi. Untuk menunjang keberadaannya sebagai objek wisata, maka terowongan didalamnya dilengkapi dengan penerangan dan dan ventilasi udara. Meski demikian mengingat persediaan udara yang terbatas, tentu tidak dianjurkan untuk berlama-lama di dalamnya.
Pada 2004, Lubang Jepang mengalami renovasi besar-besaran oleh pemerintah. Selama dua tahun, Lubang Jepang ditutup dan tidak dibuka untuk umum sebagai objek wisata.
Beberapa pintu keluar dari lubang ini ada di kawasan Ngarai Sianok, Taman Panorama, Istana Bung Hatta dan Taman Margasatwa Kinantan. Saat ini, pintu masuk yang dapat digunakan untuk tujuan wisata hanya dari Taman Panorama saja.
Panjang Lubang Jepang yang bisa diakses adalah 1,5 km. Pengunjung memerlukan waktu 20 menit untuk menyusurinya. Namun, karena posisinya yang berada jauh di bawah tanah, pengunjung harus menuruni 132 buah anak tangga.
Bagi Anda yang penasaran dan ingin merasakan petualangan ke Lubang Jepang, cukup membayar Rp15.000 per orang. Anda dapat menjelajah bagaimana suasana bawah tanah dari terowongan ini. Jangan takut, jika Anda butuh pemandu, pengelola juga menyediakan jasa pemandu yang berpengalaman. (Nra)